Jumat, 16 November 2012

Cerpen ku



BERAWAL DARI JAKARTA


            Jakarta adalah tempat semua yang dianggap  oleh sebagian orang sebagai tempat yang indah dan tempat untuk merubah nasib. Orang – orang itu menganggap hidup mereka akan lebih baik dari pada di kampung halaman sendiri. Mereka beranggapan bahwa bisa sukses dengan hanya bermodalkan keberanian tanpa dibekali oleh keahlian untuk bekerja. Akibatnya mereka hanya bisa mengisi ruang – ruang kumuh di pinggiran kali ataupun kolong – kolong jembatan yang tentu  saja membuat Jakarta semakin sesak dan penuh dan sungguh tidak nyaman.
Ketidaknyamanan ini sudah dirasakan sendiri oleh seorang gadis perempuanyang bernama Fitri. Fitri htinggal si sebuah rumah kontrakan yang sangat tidak layak untuk ditempati. Ia tinggal bersama ke dua adiknya yang masih kecil. Sesungguhnya Fitri dan adik – adiknya lahir di keluarga sederhana di sebuah desa di Tasikmalaya, Jawa Barat. Tetapi hidup Fitri dan keluarganya berubah 180 derajat setelah mereka pindah ke Jakarta. Niat ayah Fitri untuk memperbaiki nasib trnyata malah berbuah petaka. Ibu dan ayah Fitri bekerja di sebuah pabrik sandal di Jakarta. Awalnya semua berjalan sesuai dengan keinginan. Samapai suatu ketika pabrik sandal itu terbakar dan menewaskan seluruh karyawan di dalamnya, termasuk ayah dan ibiu Fitri.
            Setelah kematian orang tuanya, terpaksa Fitri yang duduk di bangku kelas 3 SMP ini berhenti sekolah dan memilih bekerja untuk menghidupi adik – adiknya. Rafa, adik pertama Fitri pun juga berhenti sekolah untuk membantu kakaknya. Yang ada dalam benak Fitri dan Rafa adalah bekerja mencari uang untuk membiayai sekolah Rani yang sedang duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Rani adalah adik Rafa dan Fitri yang paling kecil sekaligus paling manja. Rani selalu menuntut agar dibelikan barang – barang seperti yang dimiliki teman – temannya tanpa meliha kondsi keuangan keluarganya.
            “ Kak Fitri, Rani mau hp seperti yang dimiliki oleh teman – teman. Belikan ya Kak ? ”
            “ Rani, untuka apa kamu memiliki hp ? Kamu masih SD dan belum cukup umur untuk memilikinya. “
Dengan wajah yang ditekuk Rani segera pergi dan membanting pintu rumah dengan seenaknya. Sambil mengelus dada Fitri pun pergi meninggalkan rumah untuk bekerja di pasar. Fitri dan Rafa bekerja di Pasar Turi di Jakarta. Rafa bekerja sebagai kuli panggul beras dan Fitri sebagai pemulung sayur –mayur yang tercecer sepanjang jalan di pasar.
Setelah sayur – sayuran yang dipungut dirasa cukup, Fitri menggelar daganganya di pinggir jalan sekitar pasar. Memamg tak banyak orang yang membeli sayur - sayur pungutannya, tetapi bagi Fitri itu tidak masalah. Ia bisa menggunakan sayur – sayuran yang tersisa sebagai menu makanan di rumahnya.
            Penghasilan Rafa setali tiga uang dengan Fitri, uang yang didapat Rafa dari hasil memanggul beras – beras tidak seberapa. Tetapi bagi Rafa ini adlalah rezeki dari TUHAN untuk keluarganya.
            Hari sudah menjelang malam, Fitri dan Rafa pulang ke rumah bersama.
            “ Kak, berapa uang yang kakak dapat hari ini ?
            “ Ya seperti biasa lah, yang penting malam ini kita bisa makan dengan nasi dan sayur sisa dagangan kakak”
            “ Wah, pasti enak. Jarang – jarangkan kita bisa makan nasi lengkap dengan sayur pula.”
            “ Oh iya, Rafa uang yang kamu peroleh hari ini di tabung saja ya  untuk biaya Rani masuk SMP nanti.”
Rafa mengangguk sambil tersenyum kecil.
            Setelah mereka sampai di rumah terlihat Rani yang sedang asyik melihat koran yang isinya tipe – tipe hp terbaru.
            “ Rani, Kak Fitri dan Kak Rafa sudah pulang !”
Rani tampak biasa saja dan mengacuhkan ke dua kakaknya itu. Ia tetap asyik dengan urusannya bermimpi memiliki hp – hp dengan harga yang mahal itu . Rafa yang melihat hal itu hanya bisa tertawa dalam hatinya. Dalam benaknya ia berkata “ Sampai dunia kiamat pun kamu gak akan bisa memiliki itu, Rani. Syukur – syukur kita sudah bisa makan dan minum tiap hari. Ini malah minta yang enggak – enggak. “
            Setelah beberapa saat, Fitri keluar dari dapur dan menaruh masakannya di lantai rumah, maklum Fitri tidak memiliki meja khusus untuk makan. Rafa kelihatan paling bersemangat, tetapi Rani hanya diam dan memandangi masakan kakanya.
            “ Rani, makan dong nasinya, jarang – jarang lho kita bisa makan nasi !” Rafa merayu.
            “ Rani gak mau makan ini ! masak cuman nasi sama sayur aja, mana dagingnya ?”
            “ Rani, kalau gak mau makan gak usah banyak omong gitu. Kamu gak ksian sama Kak Rafa dan Kak Fitri. Kita udah kerja seharian cuma buat kamu !” bentak Rafa. Rafa sangat tidak senamg dengan sikap Rani yang selalu manja dan tidak bisa mandiri. Harusnya Rani brsyukur karena masih bisa makan, bukannya cuma bisa  marah – marah dan protes tiap hari.
            Fitri tidak bisa berkata apa –apa, hatinya hancur dan ia merasa gagal. Ia merasa tidak sanggup memenuhi keinginan Rani yang meminta hal – hal yang mustahil baginya. Seharusnya Rani bisa mengrti kondisi keluarganya yang hidup serba kekurangn. Tetapi yang ini malah selalu protes dan marah – marah. Fitri berusaha membujuk Rani.
            “ Rani, Kakak ngerti kok, kalau kamu nggak suka sama sayur. Tapi apa kamu tidak bisa bersyukur sedikit saja atas apa yang kita dapat sampai hari ini ?
            “Rani pasti bisa bersyukur, kalau Kak Fitri bisa beliin Rani hp sekarang !!!”
            “Kakak pasti beliin, tapi gak sekarang .”
            “Trus kapan ? Besok ? Kakak selalu janji besok, besok, sampai besoknya habis juga gak dibeliin !!!” bentak Rani.
Rani lalu pergi ke kamar dan mengunci diri semalaman.
            Rafa hanya bisa menangkan Fitri yang terus menangis mengingat ucapan Rani padanya. Fitri tidak menyangka bahwa adik yang paling disayanginya tega berkata sekasr itu .

            Beberapa hari ini Fitri tidak bisa tidur, ia terus berfikir bagaimana caranya agar Rani bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Setelah berfikir beberapa saat Fitri langsung mendapatkan jalan keluar dari seluruh masalah yang menimpanya. Fitri memiliki niat menitipkan Rani dan Rafa pada salah seorang sahabat ayahnya. Fitri pernah mendengar ayahnya bercerita bahwa ia memiliki seorang sahanat yang bernama Reynaldi yang kini sudah sukses hidup di Jakarta, tetapi sebelum sempat menemui sahabatnya ayah Fitri sudah dipanggil oleh Yang Kuasa. Fitri bertekad mencari Reynaldi yang kabarnya memiliki sebuah perusahaan property di Jakarta.
            Dengan menggunakn bis Fitri pergi ke perusahaan property itu. Tidak seperti yang diduga,  sekertaris Reynaldi mengatakan jika ingin bertemu dengan  Pak Reynaldi ia harus membuat janji terlebih dahulu karena jadwal Pak Reynaldi sangat padat. Tanpa berfikir panjang, Fitri langsung menerobos masuk ke ruang kerja Pak Reynaldi yang tamapak lengang dari luar.
            “PRAAKKK” terdengar suara pintu dibuka dengan keras. Pak Reynaldi dan istrinya yang sedang berbicara serius pun kaget. “ Hei, siapa kamu ? Brani – braninya masuk ruangan saya tanpa izin” bentak Pak Reynaldi marah. “ Begini Pak, saya Fitri anak perempuan Pak Haryadi. Saya ingin berbicara sebentar saja dengan bapak” Kata Fitri halus. “ Jadi kamu anak Haryadi ? Wah, kebetulan sekali saya sudah sangat rindu dengan dia. Di mana dia sekarang ?” Istri Pak Reynaldi sama sekali tidak mengerti maksud suaminya. Dengan sedikit berbisik ia berkata “ Pah, itu siapa ?” dengan senyum Pak Reynaldi menjawab “ Ini pak Pak Haryadi itu lho Mah. Shabat Papah dari SMP.”
            “Oh ya, jadi  apa keperluan keprluan nak Fitri mencari saya “
“ Begini Pak, ayah dan ibu saya sudah meninggal sewaktu pabrik tempat mereka bekerja terbakar. Sekarang saya hidup bersama ke 2 orang adik saya. Saya merasa sudah tidak sanngup membiayai    kebutuhan mereka. Dan saya ingin menitipkan adik saya,  Rafa dan Rani kepada bapak. Nanti pasti saya akan menjemput mereka kembali setelah keadaan keunangan saya membaik.”
“ Apa Haryadi meninggal ? “  Pak Reynaldi kaget dan suasana hening sejenak.
Dengan mata yang berkaca – kaca mencermikan duka cita, Pak Reynaldi menjawab “ Baik nak Fitri, saya akan merawat Rafa dan Rani semampu saya. Kebetulan saya belum dikaruniai anak. Nak Fitri bisa kapan saja menemui mereka dan kalau butuh apa- apa jangan malu untuk bilang sama Bapak.” Istri Pak Reynaldi, Ibu Ida pun turut tersenyum yang berarti menyetujui permintaan Fitri itu.
            “Baiklah Pak, besok saya akan mengajak adik – adik saya kesini. Saya harap langkah yang saya ambil ini tidak membuat mreka merasa saya buang “
            Tentu saja tidak nak, mereka akan lebih bahagia Karena kakanya bisa membuat hidup kelurga menjadi lebih baik.”  Jawab Pak Reynaldi. Fitri pun bergegas meninggalkan ruangan itu dan segera pulsng ke rumah. Sepanjang jalan Fitri berdoa agar adik – adiknya bisa lebih bahagia hidup bersama orang lain . Ia ingin agar Rani dan Rafa bisa bersekolah dan menjadi orang yang sukses di kemudian hari. Ini ia lakukan semata mata karena rasa kasih saying yang luar biasa kepada adik- adiknya.
            Setelah sampai di rumah Fitri langsung menyuruh Rafa dan Rani untuk mengemasi baju – baju mereka. Rani yang mengetahui ia akan dirawat oleh keluarga orang kaya, tentu saja senang, tetapi tidak demikian halnya dengan Rafa, ia tampak tak rewla meninggalkan kakaknya sendirian mencari nafkah dil luar sana.
            “ Kak, biar Rani saja yang dititipkan ya ? Rafa nggak mau ninggalin kakak sendirian.”
“Rafa, dengarkan kakak. Kakak pingin supaya kalian bisa bersekolah sampai tamat dan bekerja di tempat yang baik. Kalau Rafa tetap di sini itu malah menambah beban hidup kakak. Kamu ngerti kan ?”
Degan menundukan leher dan wajah ditekuk  Rafa kemudian mengemasi baju – bajunya. Rani yang sudah siap hanya bisa heran melihat Rafa yang tidak senang diurus oleh keluarga orang kaya. Sambil bersandar di pintu kamar Rafa, Rani berkata “ Kak, ngapain sih musti sedih, impian kita untuk menjadi orang kaya akan terwujud sebantar lagi.”. Dengan raut wajah yang masih ditekuk, Raka menjawab “ Buat apa kita jadi orang kaya kalau nggak bahagia Ran ?”
            “ Kenapa nggak bahagia ?”
            “ Ya lah nggak bahagia. Masak kita seneng – seneng tapi tanpa Kak Fitri ?”
            “ udah lah Kak, ini kan kemauan Kak Fitri juga, turututin aja susah amat sih !!“ Pekik Rani
Setelah semuanya siap Fitri segera mengantarkan adik – adiknya ke rumah Pak Reynaldi di sebuah kompleks perumahan mewah. Sesampainya  di sana Fitri langsung meninggalkan ke dua adiknya. Fitri takut  niat Rafa berubah dan ingin tinggal lagi bersamanya. Walau hatinya sakit, tetapi Fitri berusaha untuk ikhlas. Ia yakin bahwa kelak Rafa akan menyadari betapa besar kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.

             10 tahu berlalu hidup Fitri kian hari kian merana. Ia di usir dari rumah kontrakannya, dan kini ia tinggal di bantaran  kali Ciliwung. Fitri tidak bisa lagi bekerja di pasar karena selalu di usir oleh praman – praman pasar yang selalu menagih uang keamanan padanya. Karena Fitri tidak pernah mau membayar, akhirnya ia  tidak diizinkan menginjakkan kakinya di pasar itu lagi. Fitri kini hanya bisa terdiam dan berharap adik – adiknya datang untuk mencarinya.
            Kehidupan di kali yang tentu saja kumuh membuat kesehatan Fitri menurun. Jika terjadi hujan sedikit saja, kali langsung meluap dan terjadi banjir. Kotoran dari kali masuk ke rumah – rumah penduduk, apalagi rumah Fitri yang hanya tertutupi beberapa triplek dan kardus membuat kotoran itu semakin gampang masuk. Sebenarnya kumpulan kardus itu tidak pantas disebut rumah, akan lebih pantas jika disebut gubuk reot yang tak pantas untuk dihununi. Tapi apa daya, kondisi Fitri memaksanya  untuk tetap bertahan di bantaran kali itu.
            Karena sekarang ada program untuk membersihkan bantaran kali dari pemukiman, gubuk Fitri pun dihancurkan. Fitri tak bisa berbuat banyak, karena walaubagaimana pun tanah itu milik pemerintah. Banyak tetangga yang menuntut ganti rugi kapada PEMDA setempat, tapi Fitri tidak berniat intuk meminta ganti rugi, karena ia akan pergi dan segera mencari keberadaan Rafa dan Rani.
            Setelah ke Fitri sampai di rumah itu,  pembantunya berkata bahwa Pak Reynaldi dan istrinya sudah istrinya sudah pindah ke Singapura 5 tahun yang lalu. Tetapi kedua anaknya tidak turut serta. Melihat penampilan Fitri yang dekil dan kumal tentu saja pembantu itu tak percaya bawa Fitri adalah kakak Rafa dan Rani. Akhirnya Fitri disuruh agar menunggu di luar rumah sampai Rafa dan Rani pulang.
            Tak lama berselang, akhirnya sebuah mobil mewah berwarna hitam sampai di depan Fitri. Fitri kaget dan segera bangun. Seorang pria dan wanita keluar dari mobil mewah itu.
            “ Heh, siapa lo berani duduk di depan rumah gue ?” bentak seorang wanita yang ternyata Rani.
            “Tahu ni Ran, ngalangin jalan orang aja lo!!” sahut Rafa.
Fitri yang terkejut mendengar ucapan adiknya itu segera menjawab “ Rani, Rafa ini Kak Fitri. Kakak sudah rindu sekali ingin bertemu kalian. Tidak sia – sia kakak titipkan kalian pada Pak Reynaldi, sekarang kalian sudah bisa menjadi orang yang sukses.”
            “Heh, jangan ngawur lo. Kakak gue udah mati 6 tahun yang lalu. Jangan ngaku – ngaku deh lo. “Sahut Rani.
            “Ia ni. Gembel zaman sekarang makin kreatif aja “ Kata Rafa mendukung Rani.
Sebenarnya Rani tahu bahwa itu adalah Fitri, tetapi Rani telah mengarang cerita kepada Rafa bahwa Fitri telah meninggal 6 tahun yang lalu  karena sakit. Rafa yang tidak tahu bahwa kakaknya masih hidup, kontan saja marah, melihat orang yang mengaku – ngaku sebagai Fitri
            Fitri yang tak mau berdebat lama dengan adiknya, segera berlari dan menjauh. Tetapi tak disangka di depannya ada truk bermuatan batu koral sedang melaju dengan kencang. Tanpa berfikir panjang Fitri langsung menabrakan dirinya ke truk itu. Rani dan Rafa hanya terdiam melihat adegan tragis itu. Bahkan dalam hati, Rani puas melihat kakanya itu sudah mati dan takkan kembali. Dibelakang truk itu ternyata ada sebuah taxi yang membawa Pak Reynaldi dan Bu ida. Mereka segera keluar dan melihat siapa yang tertabrak truk itu. Dengan mata yang melotot, Pak Reynaldi langsung berteriak “FITRI!!!!!”           
            Rafa yang mendengar ucapan ayah angkatnya itu segera berlari dan meratapi jenazah kakanya yang sudah tiada. “Rafa, Fitri sering menghubungi ayah dan menanyakan kabarmu .“
            “tapi Yah, Rani bilang Kak Fitri sudah meninggal karena sakit”
            “Rafa, Rani telah berbohong kepadamu, Fitri sering menelepon ke rumah dan yang mengangkat selalu Rani”
Rani yang saat itu turut menyesal mengakui perbuatannya. Kini nasi telah menjadi bubur. Apa boleh buat, walaupun semua orang menghardik dan menghukum Rani, itu tak kan mampu mengembalikan Fitri yang kini sudah bersatu bersama ke 2 orang tuanya di surga .

By : Pitri Febrianii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar