BERAWAL DARI JAKARTA
Jakarta adalah tempat
semua yang dianggap oleh sebagian orang
sebagai tempat yang indah dan tempat untuk merubah nasib. Orang – orang itu
menganggap hidup mereka akan lebih baik dari pada di kampung halaman sendiri.
Mereka beranggapan bahwa bisa sukses dengan hanya bermodalkan keberanian tanpa
dibekali oleh keahlian untuk bekerja. Akibatnya mereka hanya bisa mengisi ruang
– ruang kumuh di pinggiran kali ataupun kolong – kolong jembatan yang
tentu saja membuat Jakarta semakin sesak dan penuh dan sungguh
tidak nyaman.
Ketidaknyamanan ini sudah dirasakan sendiri
oleh seorang gadis perempuanyang bernama Fitri. Fitri htinggal si sebuah rumah
kontrakan yang sangat tidak layak untuk ditempati. Ia tinggal bersama ke dua adiknya
yang masih kecil. Sesungguhnya Fitri dan adik – adiknya lahir di keluarga
sederhana di sebuah desa di Tasikmalaya, Jawa Barat. Tetapi hidup Fitri dan
keluarganya berubah 180 derajat setelah mereka pindah ke Jakarta. Niat ayah Fitri untuk memperbaiki
nasib trnyata malah berbuah petaka. Ibu dan ayah Fitri bekerja di sebuah pabrik
sandal di Jakarta.
Awalnya semua berjalan sesuai dengan keinginan. Samapai suatu ketika pabrik
sandal itu terbakar dan menewaskan seluruh karyawan di dalamnya, termasuk ayah
dan ibiu Fitri.
Setelah
kematian orang tuanya, terpaksa Fitri yang duduk di bangku kelas 3 SMP ini
berhenti sekolah dan memilih bekerja untuk menghidupi adik – adiknya. Rafa,
adik pertama Fitri pun juga berhenti sekolah untuk membantu kakaknya. Yang ada
dalam benak Fitri dan Rafa adalah bekerja mencari uang untuk membiayai sekolah
Rani yang sedang duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Rani adalah adik Rafa
dan Fitri yang paling kecil sekaligus paling manja. Rani selalu menuntut agar
dibelikan barang – barang seperti yang dimiliki teman – temannya tanpa meliha
kondsi keuangan keluarganya.
“
Kak Fitri, Rani mau hp seperti yang dimiliki oleh teman – teman. Belikan ya Kak
? ”
“
Rani, untuka apa kamu memiliki hp ? Kamu masih SD dan belum cukup umur untuk
memilikinya. “
Dengan wajah yang ditekuk Rani segera pergi dan
membanting pintu rumah dengan seenaknya. Sambil mengelus dada Fitri pun pergi
meninggalkan rumah untuk bekerja di pasar. Fitri dan Rafa bekerja di Pasar Turi
di Jakarta. Rafa bekerja sebagai kuli panggul beras dan Fitri sebagai pemulung
sayur –mayur yang tercecer sepanjang jalan di pasar.
Setelah sayur – sayuran yang dipungut dirasa
cukup, Fitri menggelar daganganya di pinggir jalan sekitar pasar. Memamg tak
banyak orang yang membeli sayur - sayur pungutannya, tetapi bagi Fitri itu
tidak masalah. Ia bisa menggunakan sayur – sayuran yang tersisa sebagai menu
makanan di rumahnya.
Penghasilan
Rafa setali tiga uang dengan Fitri, uang yang didapat Rafa dari hasil memanggul
beras – beras tidak seberapa. Tetapi bagi Rafa ini adlalah rezeki dari TUHAN
untuk keluarganya.
Hari
sudah menjelang malam, Fitri dan Rafa pulang ke rumah bersama.
“
Kak, berapa uang yang kakak dapat hari ini ?
“
Ya seperti biasa lah, yang penting malam ini kita bisa makan dengan nasi dan
sayur sisa dagangan kakak”
“
Wah, pasti enak. Jarang – jarangkan kita bisa makan nasi lengkap dengan sayur
pula.”
“
Oh iya, Rafa uang yang kamu peroleh hari ini di tabung saja ya untuk biaya Rani masuk SMP nanti.”
Rafa mengangguk sambil tersenyum kecil.
Setelah
mereka sampai di rumah terlihat Rani yang sedang asyik melihat koran yang
isinya tipe – tipe hp terbaru.
“
Rani, Kak Fitri dan Kak Rafa sudah pulang !”
Rani tampak biasa saja dan mengacuhkan ke dua
kakaknya itu. Ia tetap asyik dengan urusannya bermimpi memiliki hp – hp dengan
harga yang mahal itu . Rafa yang melihat hal itu hanya bisa tertawa dalam
hatinya. Dalam benaknya ia berkata “ Sampai dunia kiamat pun kamu gak akan bisa
memiliki itu, Rani. Syukur – syukur kita sudah bisa makan dan minum tiap hari.
Ini malah minta yang enggak – enggak. “
Setelah
beberapa saat, Fitri keluar dari dapur dan menaruh masakannya di lantai rumah,
maklum Fitri tidak memiliki meja khusus untuk makan. Rafa kelihatan paling
bersemangat, tetapi Rani hanya diam dan memandangi masakan kakanya.
“
Rani, makan dong nasinya, jarang – jarang lho kita bisa makan nasi !” Rafa
merayu.
“
Rani gak mau makan ini ! masak cuman nasi sama sayur aja, mana dagingnya ?”
“
Rani, kalau gak mau makan gak usah banyak omong gitu. Kamu gak ksian sama Kak
Rafa dan Kak Fitri. Kita udah kerja seharian cuma buat kamu !” bentak Rafa.
Rafa sangat tidak senamg dengan sikap Rani yang selalu manja dan tidak bisa
mandiri. Harusnya Rani brsyukur karena masih bisa makan, bukannya cuma
bisa marah – marah dan protes tiap hari.
Fitri
tidak bisa berkata apa –apa, hatinya hancur dan ia merasa gagal. Ia merasa
tidak sanggup memenuhi keinginan Rani yang meminta hal – hal yang mustahil
baginya. Seharusnya Rani bisa mengrti kondisi keluarganya yang hidup serba kekurangn.
Tetapi yang ini malah selalu protes dan marah – marah. Fitri berusaha membujuk
Rani.
“
Rani, Kakak ngerti kok, kalau kamu nggak suka sama sayur. Tapi apa kamu tidak
bisa bersyukur sedikit saja atas apa yang kita dapat sampai hari ini ?
“Rani
pasti bisa bersyukur, kalau Kak Fitri bisa beliin Rani hp sekarang !!!”
“Kakak
pasti beliin, tapi gak sekarang .”
“Trus
kapan ? Besok ? Kakak selalu janji besok, besok, sampai besoknya habis juga gak
dibeliin !!!” bentak Rani.
Rani lalu pergi ke kamar dan mengunci diri
semalaman.
Rafa
hanya bisa menangkan Fitri yang terus menangis mengingat ucapan Rani padanya.
Fitri tidak menyangka bahwa adik yang paling disayanginya tega berkata sekasr
itu .
Beberapa
hari ini Fitri tidak bisa tidur, ia terus berfikir bagaimana caranya agar Rani
bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Setelah berfikir beberapa saat Fitri
langsung mendapatkan jalan keluar dari seluruh masalah yang menimpanya. Fitri
memiliki niat menitipkan Rani dan Rafa pada salah seorang sahabat ayahnya.
Fitri pernah mendengar ayahnya bercerita bahwa ia memiliki seorang sahanat yang
bernama Reynaldi yang kini sudah sukses hidup di Jakarta, tetapi sebelum sempat menemui
sahabatnya ayah Fitri sudah dipanggil oleh Yang Kuasa. Fitri bertekad mencari
Reynaldi yang kabarnya memiliki sebuah perusahaan property di Jakarta.
Dengan
menggunakn bis Fitri pergi ke perusahaan property itu. Tidak seperti yang
diduga, sekertaris Reynaldi mengatakan
jika ingin bertemu dengan Pak Reynaldi
ia harus membuat janji terlebih dahulu karena jadwal Pak Reynaldi sangat padat.
Tanpa berfikir panjang, Fitri langsung menerobos masuk ke ruang kerja Pak
Reynaldi yang tamapak lengang dari luar.
“PRAAKKK”
terdengar suara pintu dibuka dengan keras. Pak Reynaldi dan istrinya yang
sedang berbicara serius pun kaget. “ Hei, siapa kamu ? Brani – braninya masuk
ruangan saya tanpa izin” bentak Pak Reynaldi marah. “ Begini Pak, saya Fitri
anak perempuan Pak Haryadi. Saya ingin berbicara sebentar saja dengan bapak”
Kata Fitri halus. “ Jadi kamu anak Haryadi ? Wah, kebetulan sekali saya sudah
sangat rindu dengan dia. Di mana dia sekarang ?” Istri Pak Reynaldi sama sekali
tidak mengerti maksud suaminya. Dengan sedikit berbisik ia berkata “ Pah, itu
siapa ?” dengan senyum Pak Reynaldi menjawab “ Ini pak Pak Haryadi itu lho Mah.
Shabat Papah dari SMP.”
“Oh
ya, jadi apa keperluan keprluan nak
Fitri mencari saya “
“ Begini Pak, ayah dan ibu saya sudah meninggal
sewaktu pabrik tempat mereka bekerja terbakar. Sekarang saya hidup bersama ke 2
orang adik saya. Saya merasa sudah tidak sanngup membiayai kebutuhan mereka. Dan saya ingin menitipkan
adik saya, Rafa dan Rani kepada bapak.
Nanti pasti saya akan menjemput mereka kembali setelah keadaan keunangan saya
membaik.”
“ Apa Haryadi meninggal ? “ Pak Reynaldi kaget dan suasana hening
sejenak.
Dengan mata yang berkaca – kaca mencermikan
duka cita, Pak Reynaldi menjawab “ Baik nak Fitri, saya akan merawat Rafa dan
Rani semampu saya. Kebetulan saya belum dikaruniai anak. Nak Fitri bisa kapan
saja menemui mereka dan kalau butuh apa- apa jangan malu untuk bilang sama
Bapak.” Istri Pak Reynaldi, Ibu Ida pun turut tersenyum yang berarti menyetujui
permintaan Fitri itu.
“Baiklah
Pak, besok saya akan mengajak adik – adik saya kesini. Saya harap langkah yang saya
ambil ini tidak membuat mreka merasa saya buang “
Tentu
saja tidak nak, mereka akan lebih bahagia Karena kakanya bisa membuat hidup
kelurga menjadi lebih baik.” Jawab Pak
Reynaldi. Fitri pun bergegas meninggalkan ruangan itu dan segera pulsng ke rumah.
Sepanjang jalan Fitri berdoa agar adik – adiknya bisa lebih bahagia hidup
bersama orang lain . Ia ingin agar Rani dan Rafa bisa bersekolah dan menjadi
orang yang sukses di kemudian hari. Ini ia lakukan semata mata karena rasa
kasih saying yang luar biasa kepada adik- adiknya.
Setelah
sampai di rumah Fitri langsung menyuruh Rafa dan Rani untuk mengemasi baju –
baju mereka. Rani yang mengetahui ia akan dirawat oleh keluarga orang kaya,
tentu saja senang, tetapi tidak demikian halnya dengan Rafa, ia tampak tak
rewla meninggalkan kakaknya sendirian mencari nafkah dil luar sana.
“
Kak, biar Rani saja yang dititipkan ya ? Rafa nggak mau ninggalin kakak
sendirian.”
“Rafa, dengarkan kakak. Kakak pingin supaya
kalian bisa bersekolah sampai tamat dan bekerja di tempat yang baik. Kalau Rafa
tetap di sini itu malah menambah beban hidup kakak. Kamu ngerti kan ?”
Degan menundukan leher dan wajah ditekuk Rafa kemudian mengemasi baju – bajunya. Rani
yang sudah siap hanya bisa heran melihat Rafa yang tidak senang diurus oleh
keluarga orang kaya. Sambil bersandar di pintu kamar Rafa, Rani berkata “ Kak,
ngapain sih musti sedih, impian kita untuk menjadi orang kaya akan terwujud
sebantar lagi.”. Dengan raut wajah yang masih ditekuk, Raka menjawab “ Buat apa
kita jadi orang kaya kalau nggak bahagia Ran ?”
“
Kenapa nggak bahagia ?”
“
Ya lah nggak bahagia. Masak kita seneng – seneng tapi tanpa Kak Fitri ?”
“
udah lah Kak, ini kan
kemauan Kak Fitri juga, turututin aja susah amat sih !!“ Pekik Rani
Setelah semuanya siap Fitri segera mengantarkan
adik – adiknya ke rumah Pak Reynaldi di sebuah kompleks perumahan mewah. Sesampainya di sana
Fitri langsung meninggalkan ke dua adiknya. Fitri takut niat Rafa berubah dan ingin tinggal lagi
bersamanya. Walau hatinya sakit, tetapi Fitri berusaha untuk ikhlas. Ia yakin
bahwa kelak Rafa akan menyadari betapa besar kasih sayang seorang kakak kepada
adiknya.
10 tahu berlalu hidup Fitri kian hari kian
merana. Ia di usir dari rumah kontrakannya, dan kini ia tinggal di
bantaran kali Ciliwung. Fitri tidak bisa
lagi bekerja di pasar karena selalu di usir oleh praman – praman pasar yang
selalu menagih uang keamanan padanya. Karena Fitri tidak pernah mau membayar,
akhirnya ia tidak diizinkan menginjakkan
kakinya di pasar itu lagi. Fitri kini hanya bisa terdiam dan berharap adik –
adiknya datang untuk mencarinya.
Kehidupan
di kali yang tentu saja kumuh membuat kesehatan Fitri menurun. Jika terjadi
hujan sedikit saja, kali langsung meluap dan terjadi banjir. Kotoran dari kali
masuk ke rumah – rumah penduduk, apalagi rumah Fitri yang hanya tertutupi
beberapa triplek dan kardus membuat kotoran itu semakin gampang masuk.
Sebenarnya kumpulan kardus itu tidak pantas disebut rumah, akan lebih pantas
jika disebut gubuk reot yang tak pantas untuk dihununi. Tapi apa daya, kondisi
Fitri memaksanya untuk tetap bertahan di
bantaran kali itu.
Karena
sekarang ada program untuk membersihkan bantaran kali dari pemukiman, gubuk
Fitri pun dihancurkan. Fitri tak bisa berbuat banyak, karena walaubagaimana pun
tanah itu milik pemerintah. Banyak tetangga yang menuntut ganti rugi kapada
PEMDA setempat, tapi Fitri tidak berniat intuk meminta ganti rugi, karena ia
akan pergi dan segera mencari keberadaan Rafa dan Rani.
Setelah
ke Fitri sampai di rumah itu, pembantunya
berkata bahwa Pak Reynaldi dan istrinya sudah istrinya sudah pindah ke
Singapura 5 tahun yang lalu. Tetapi kedua anaknya tidak turut serta. Melihat
penampilan Fitri yang dekil dan kumal tentu saja pembantu itu tak percaya bawa
Fitri adalah kakak Rafa dan Rani. Akhirnya Fitri disuruh agar menunggu di luar
rumah sampai Rafa dan Rani pulang.
Tak
lama berselang, akhirnya sebuah mobil mewah berwarna hitam sampai di depan
Fitri. Fitri kaget dan segera bangun. Seorang pria dan wanita keluar dari mobil
mewah itu.
“
Heh, siapa lo berani duduk di depan rumah gue ?” bentak seorang wanita yang
ternyata Rani.
“Tahu
ni Ran, ngalangin jalan orang aja lo!!” sahut Rafa.
Fitri yang terkejut mendengar ucapan adiknya
itu segera menjawab “ Rani, Rafa ini Kak Fitri. Kakak sudah rindu sekali ingin
bertemu kalian. Tidak sia – sia kakak titipkan kalian pada Pak Reynaldi,
sekarang kalian sudah bisa menjadi orang yang sukses.”
“Heh,
jangan ngawur lo. Kakak gue udah mati 6 tahun yang lalu. Jangan ngaku – ngaku
deh lo. “Sahut Rani.
“Ia
ni. Gembel zaman sekarang makin kreatif aja “ Kata Rafa mendukung Rani.
Sebenarnya Rani tahu bahwa itu adalah Fitri,
tetapi Rani telah mengarang cerita kepada Rafa bahwa Fitri telah meninggal 6
tahun yang lalu karena sakit. Rafa yang
tidak tahu bahwa kakaknya masih hidup, kontan saja marah, melihat orang yang
mengaku – ngaku sebagai Fitri
Fitri
yang tak mau berdebat lama dengan adiknya, segera berlari dan menjauh. Tetapi
tak disangka di depannya ada truk bermuatan batu koral sedang melaju dengan
kencang. Tanpa berfikir panjang Fitri langsung menabrakan dirinya ke truk itu.
Rani dan Rafa hanya terdiam melihat adegan tragis itu. Bahkan dalam hati, Rani
puas melihat kakanya itu sudah mati dan takkan kembali. Dibelakang truk itu
ternyata ada sebuah taxi yang membawa Pak Reynaldi dan Bu ida. Mereka segera
keluar dan melihat siapa yang tertabrak truk itu. Dengan mata yang melotot, Pak
Reynaldi langsung berteriak “FITRI!!!!!”
Rafa
yang mendengar ucapan ayah angkatnya itu segera berlari dan meratapi jenazah
kakanya yang sudah tiada. “Rafa, Fitri sering menghubungi ayah dan menanyakan
kabarmu .“
“tapi
Yah, Rani bilang Kak Fitri sudah meninggal karena sakit”
“Rafa,
Rani telah berbohong kepadamu, Fitri sering menelepon ke rumah dan yang
mengangkat selalu Rani”
Rani yang saat itu turut menyesal mengakui
perbuatannya. Kini nasi telah menjadi bubur. Apa boleh buat, walaupun semua
orang menghardik dan menghukum Rani, itu tak kan mampu mengembalikan Fitri yang kini
sudah bersatu bersama ke 2 orang tuanya di surga .
By : Pitri Febrianii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar